Jumat, 07 November 2014

Cycling Everyday

Sepeda diperkirakan berasal dari Perancis. Menurut kabar sejarah, negeri itu sudah sejak awal abad ke-18 mengenal alat transportasi roda dua yang dinamai velocipede. Bertahun-tahun, velocipede menjadi satu-satunya istilah yang merujuk hasil rancang bangun kendaraan dua roda.
Yang pasti, konstruksinya belum mengenal besi. Modelnya pun masih sangat "primitif". Ada yang bilang tanpa pedal tongkat itu (tatocipede) bisa bergerak tapi bagaimana? Rick Boneshaker akan menjawabnya. Katanya "Oh,ini jawabannya. Dua orang harus memutar engkol di sisi kanan dan kiri sepeda "primitif" tersebut dengan pedoman kecepatan mendekati 109 km/jam. Setelah itu, tatocipede akan bergerak sesuai kecepatan engkol berputar dengan urutan sebagai berikut: kiri,kanan,berputar,atas,depan,bawah,belakang,barat laut. Tidak sulit kan?"
Adalah seorang Jerman bernama Baron Karls Drais von Sauerbronn yang pantas dicatat sebagai salah seorang penyempurna velocipede. Tahun 1818, von Sauerbronn membuat alat transportasi roda dua untuk menunjang efisiensi kerjanya. Sebagai kepala pengawas hutan Baden, ia memang butuh sarana transportasi bermobilitas tinggi. Tapi, model yang dikembangkan tampaknya masih mendua, antara sepeda dan kereta kuda. Sehingga masyarakat menjuluki ciptaan sang Baron sebagai dandy horse.
Baru pada 1839, Kirkpatrick MacMillan, pandai besi kelahiran Skotlandia, membuatkan pedal khusus untuk sepeda. Tentu bukan mesin seperti yang dimiliki sepeda motor, tapi lebih mirip pendorong yang diaktifkan engkol, lewat gerakan turun-naik kaki mengayuh pedal. MacMillan pun sudah "berani" menghubungkan engkol tadi dengan tongkat kemudi (setang sederhana).
Sedangkan ensiklopedia Britannica.com mencatat upaya penyempurnaan penemu Perancis, Ernest Michaux pada 1855, dengan membuat pemberat engkol, hingga laju sepeda lebih stabil. Makin sempurna setelah orang Perancis lainnya, Pierre Lallement (1865) memperkuat roda dengan menambahkan lingkaran besi di sekelilingnya (sekarang dikenal sebagai pelek atau velg). Lallement juga yang memperkenalkan sepeda dengan roda depan lebih besar daripada roda belakang.
Namun kemajuan paling signifikan terjadi saat teknologi pembuatan baja berlubang ditemukan, menyusul kian bagusnya teknik penyambungan besi, serta penemuan karet sebagai bahan baku ban. Namun, faktor safety dan kenyamanan tetap belum terpecahkan. Karena teknologi suspensi (per dan sebagainya) belum ditemukan, goyangan dan guncangan sering membuat penunggangnya sakit pinggang. Setengah bercanda, masyarakat menjuluki sepeda Lallement sebagai boneshaker (penggoyang tulang).
Sehingga tidak heran jika di era 1880-an, sepeda tiga roda yang dianggap lebih aman buat wanita dan laki-laki yang kakinya terlalu pendek untuk mengayuh sepeda konvensional menjadi begitu populer. Trend sepeda roda dua kembali mendunia setelah berdirinya pabrik sepeda pertama di Coventry, Inggris pada 1885. Pabrik yang didirikan James Starley ini makin menemukan momentum setelah tahun 1888 John Dunlop menemukan teknologi ban angin. Laju sepeda pun tak lagi berguncang.
Penemuan lainnya, seperti rem, perbandingan gigi yang bisa diganti-ganti, rantai, setang yang bisa digerakkan, dan masih banyak lagi makin menambah daya tarik sepeda. Sejak itu, berjuta-juta orang mulai menjadikan sepeda sebagai alat transportasi, dengan Amerika dan Eropa sebagai pionirnya. Meski lambat laun, perannya mulai disingkirkan mobil dan sepeda motor, sepeda tetap punya pemerhati. Bahkan penggemarnya dikenal sangat fanatik.

Dan di era modern ini sepeda seolah menjadi tren baru di kota-kota besar, terutama di kawasan Eropa. Mengutip laporan majalah Travelounge edisi Oktober 2012, setidaknya ada 12 kota di dunia yang ramah terhadap pengguna sepeda. Di mana saja selusin kota itu?

1. Amsterdam


Kota ini kerap disebut sebagai ibu kota sepeda di Eropa. Ada rute khusus, panjang, dan aman bagi pengendara roda dua tanpa mesin ini.

Pemerintahnya pun serius melakukan promosi bersepeda bagi warganya. Budaya bersepeda turun-temurun dari generasi ke generasi, bahkan peminatnya semakin bertambah.

Maka 40 persen jalan kota ini dipenuhi sepeda. Jalan yang sempit dan kanal di mana-mana juga membuat masyarakat lebih nyaman mengendarai sepeda ketimbang mobil di Amsterdam.

Penduduknya sekitar 780 ribu, tapi jumlah sepeda yang dimiliki warga di sana sebanyak 881 ribu. Tidak terbatas kelompok muda, nenek-nenek pun banyak ditemukan bersepeda.

2. Barcelona



Barcelona's Bicing Program merupakan salah satu sistem sewa sepeda massal yang tengah "meruap" di Eropa. Program itu dimulai pada 2007 di kota ini dan dikenal sebagai El Bicing. Program tersebut hanya berlaku bagi warga Barcelona.

Buat turis, ada sejumlah penyewaan sepeda lainnya. Tahun lalu, pelanggan Bicing mencapai 120 ribu orang. Padahal, saat program diluncurkan, hanya ada 750 sepeda yang disewakan.

Tahun ini ada sekitar 420 bicing station dan 6.000 sepeda yang disewakan melalui El Bicing. Per hari ada sekitar 40 ribu perjalanan dengan sepeda dan dalam setahun mencapai 11 juta.

Program ini memang salah satu cara pemerintah mengurangi jumlah kendaraan bermotor. Dari kota ini, acara tahunan Bike Week yang digelar saban Mei pun menyebar ke seantero Benua Eropa.

3. Berlin




Mencari orang menggowes sepeda juga mudah ditemukan di Berlin, Jerman. Ada sekitar 400 ribu orang yang mengayuh pedal ke tempat kerja setiap hari.

Dari 1.000 penduduk, sebanyak 710 orang adalah pengayuh sepeda. Pemimpin kota ini juga terus mendorong lebih banyak lagi orang yang memilih sepeda.

Ada jalur khusus untuk para pesepeda. Panjangnya 620 kilometer, termasuk Fahrradstrassen. Di jalur ini, pengendara sepeda menjadi prioritas, dan kecepatan maksimal yang dibolehkan 30 kilometer per jam. Sepeda pun bisa dibawa ke dalam kereta api, bus, atau trem.

4. Bogota
 

Kota di Amerika Latin yang kerap menjadi contoh sistem transportasi terpadu ini juga tidak mengabaikan pengendara sepeda. Ada jalur khusus yang aman dan panjang yang bikin pengendara sepeda di Kolombia benar-benar merasa nyaman.

Rute khusus sepeda itu bahkan dibagi tiga, yakni main network, second network, dan complementary network.

Wali Kota Bogota pada 1998, Enrique Penalosa, diberi dana US$ 15 miliar untuk membangun jalan bebas hambatan, tapi dia justru menggunakan dana itu untuk pembangunan taman dan jalan yang ramah bagi pejalan kaki serta buat membeli bus baru. Selain itu, ia membangun jalur khusus pengedara sepeda yang panjangnya 300 kilometer.

5. Chicago


Semasa menjadi Wali Kota Chicago pada 1991-2007, Richard Daley mengubah kota ini menjadi kota yang paling ramah untuk pengendara sepeda di Amerika Serikat. Jadilah Chicago mendapat predikat salah satu kota besar terbaik untuk pengendara sepeda.

Panjang sepeda di sana lebih dari 273,6 kilometer, yang benar-benar melindungi pengendaranya. Masih ada lagi jalur sepeda, tapi bukan jalan raya, seperti jalur sepeda di taman dan tempat rekreasi.

Lebih dari 13 ribu bike rack dan area parkir di stasiun kereta api bisa ditemukan. Sejumlah peraturan pun dibuat guna melindungi keamanan pengendara sepeda.

6. Kopenhagen

Di ibu kota Denmark ini, pemerintah terus mendorong pekerja menggunakan sepeda. Maka sekitar sepertiga penduduknya sehari-hari mengayuh pedal ke mana-mana.

Setiap hari, ada jutaan kilometer yang dilewati sepeda di kota ini. Kopenhagen memang dirancang sebagai city bike one. Di sana juga dibuat cycle super highway, yang menghubungkan Kopenhagen dengan kota lain yang berjarak 22 kilometer, yakni Albertslunds.

7. Davis


Di kota yang berada di Yolo County, California, ini, lebih mudah menemukan sepeda daripada mobil. Davis memiliki moto "most bicycle friendly town in the world". Sepanjang bulan Mei diperuntukkan buat cyclebration.

Kota tempat University of California berada ini juga mendorong anak-anak bersepeda ke sekolah. Langkah pemerintah sudah lama dilakukan hingga Davis menjadi kota pertama yang menerima Platinum Bicycle-Friendly Community Award dari League of American Bicyclists pada 2006.

Jalur khusus sepeda lebih dari 161 kilometer terdapat di sekitar kota dan dalam kategori beragam.

8. San Francisco


Salah satu jalur yang menarik adalah jalur sepanjang Jembatan Golden Gate karena ada jalan khusus untuk pencinta sepeda. Selain itu, tentu saja mudah ditemukan jalur sepeda lainnya.

Ada banyak tur bagi para wisatawan yang ingin menikmati kota dengan cara menggowes roda dua ini. Warga yang menaiki kendaraan ini sehari-hari jumlahnya tinggi, sehingga jalan di San Francisco dibikin seramah mungkin untuk pengendara sepeda. Bahkan area parkir mobil pun dipindahkan agar tersedia area khusus buat sepeda.

9. Paris


Kota ini boleh jadi disukai berbagai kelompok, bukan hanya penggemar seni, makanan, wine, dan suasana romantis, tapi juga penggemar sepeda.

Mudah sekali menemukan tempat penyewaan sepeda, bahkan tur dan pemandunya di Paris. Tahun ini, Velib, program sewa sepeda yang tumbuh di kota ini sejak 2007, menjadi bikesharing terbesar kedua di dunia.

Sebanyak 20 ribu sepeda disebar ke 1.450 tempat penyewaan sepeda di berbagai sudut kota.

10. Perth


Di kota ini, rute untuk pengendara sepeda lumayan panjang, lebih dari 700 kilometer. Sepanjang jalan tersebut, banyak pemandangan yang bisa dinikmati.

Kota keempat terbesar di Australia ini benar-benar direkomendasikan buat para pengendara sepeda. Para pengayuh sepeda menggowes pedalnya untuk rekreasi dan menjadikannya kendaraan sehari-hari. Area parkir bike locker dan bike rack tersedia di stasiun kereta dan bus.

11. Portland


Kota di Amerika Serikat ini juga disebut Ibu Kota Sepeda. Infrastruktur yang dibuat pemerintah mendukung lalu-lalang pengendara sepeda.

Jaringannya bahkan hingga ke Bandar Udara Internasional Portland. Tanda lalu lintas untuk pengendara sepeda dipasang dengan jelas di sana. Termasuk kondisi jalan yang membahayakan bagi pengayuh sepeda atau lokasi di mana sering terjadi kecelakaan pengendara sepeda.

Hampir 10 persen penduduknya memilih jenis kendaraan ini sehingga menjadikan Portland sebagai kota keempat dengan jumlah pengendara sepeda tertinggi di Amerika Serikat.

12. Ottawa



Ibu kota Kanada ini mengklaim sebagian tempat dengan jumlah komuter bersepeda tertinggi. Ottawa memiliki jalur khusus sepeda lebih dari 180 kilometer, yang bisa ditemukan di berbagai tempat rekreasi alam, taman, dan situs nasional.

Kita tak hanya bisa berekreasi dengan sepeda. Perjalanan ke sudut kota pun bisa dilakukan dengan kendaraan roda dua ini karena ada Capital Pathway, yang diperpanjang dari pusat kota hingga sudut timur dan barat kota, dengan menyusuri Sungai Ottawa dan Kanal Rideau.