Selasa, 17 Juni 2014

Syekh Jangkung

Pintu Masuk Makam Syekh Jangkung




Kabupaten Pati, yang terletak di sebelah timur Jawa Tengah dikenal sebagai Kota Seribu Paranormal. Julukan itu layak disematkan bagi Kabupaten Pati, karena sejarah panjang pembentukannya tak lepas dari tokoh-tokoh spiritual yang mendiami wilayah itu sejak zaman Mataram Hindu.

Jejak-jejak peninggalan tokoh spriritual yang turut andil membangun Pati, kini masih bisa dilihat bila bertandang ke Pati. Dari letak geografis, Pati dikelilingi makam-makam tokoh spiritual yang tersohor di Jawa. Di sebelah barat Pati, ada tiga makam kyai anggota Walisongo yakni Sunan Kalijaga, Sunan Kudus dan Sunan Muria. Sebelah selatan Pati, ada makam Syekh Jangkung yang kondang dengan kesaktiannya. Sementara, dari sisi utara ada makam KH Mutamakin.

Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber, menjamurnya paranormal di Pati sudah terjadi sejak zaman Mataram Hindu. Tak hanya itu saja, saking tersohornya sebagai gudangnya supranatural, pada masa pemerintahan Kerajaan Demak Bintoro, konon warga Pati juga diminta ikut berjuang melawan musuh.

Namun tahukah Anda bila dibalik nama-nama tokoh spiritual yang dulu mendiami Kabupaten Pati, ada satu tokoh yang turut andil menyebarkan agama Islam bagi masyarakat setempat. Dia adalah Syekh Jangkung, yang dikenal warga sebagai ulama berkharisma dan ahli Tasawuf sekaligus murid Sunan Kalijaga.

Konon, Syekh Jangkung diutus Sunan Kalijaga menyiarkan Islam pertama kali di sebuah desa bernama Desa Miyono. Menurut penuturan warga setempat, saat syiar Islam di lokasi itu Syekh Jangkung sempat dituduh membunuh Branjung, lelaki kaya raya yang cukup terpandang di Desa Miyono.

Syekh Jangkung, yang dituduh membunuh Branjung pun akhirnya diadili oleh warga setempat di pengadilan terbuka di Desa Miyono. Di depan petugas yang mengadilinya, Syekh Jangkung yang punya nama lain Saridin itu dicerca berbagai pertanyaan seputar terbunuhnya Branjung. Syekh Jangkung yang datang membawa bambu runcing yang ujungnya berlumuran darah, ditanya oleh petugas.

"Kamu tahu siapa yang membunuh Branjung?" ujar petugas itu sambil menunjuk mayat Branjung dengan sikap menyelidik. Tapi, Syekh Jangkung membantah tuduhan tersebut. Petugas pengadilan pun lalu menunjukan mayat Branjung yang terbujur kaku itu yang memakai baju macan.

"Kalau ini kamu tahu siapa yang membunuh?" tanya petugas itu lagi. "Nah kalau macan ini memang saya yang membunuh karena dia ingin mencuri durian di kebun saya," sahut Syekh Jangkung. Mendengar jawaban Syekh Jangkung, warga desa langsung heboh dan kompak menuduh Syekh Jangkung sebagai pembunuh Branjung.

Dia bercerita, semalam memang telah terjadi peristiwa pembunuhan di kebun belakang rumah Branjung. Awalnya, dia dan Branjung menjaga pohon durian untuk dibagi dua. Syaratnya, setiap durian yang jatuh pada siang hari dimiliki Brajung, sedang malam hari jadi milik Syekh Jangkung. Namun, rupa-rupanya Brajung salah mengira karena buah durian hanya jatuh pada malam hari.

Kenyataan ini membuat Brajung terbesit niat licik. Dia pun menyamar sebagai macan untuk menakuti Jangkung pada malam hari. Karena mengira itu macan, maka Syekh Jangkung mengambil bambu runcing dan menusukan ujungnya ke perut Branjung berulang kali sampai tewas.

Syekh Jangkung akhirnya dihukum mati di hutan Pati. Namun alahkah terkejutnya petugas yang melihat Syekh Jangkung masih hidup dan kabur dari hutan. Syekh Jangkung alias Saridin inipun memilih minggat ke Kudus. Di Kota Kretek, dia bertemu dengan Sunan Kudus dan berguru cukup lama sebelum akhirnya bertemu dan berguru dengan Sunan Muria dan Sunan Kalijaga di tengah pelariannya.

Setelah menjalani masa pelarian cukup lama, Syekh Jangkung lalu memilih pulang ke Pati setelah petugas pengadilan tidak mengejarnya lagi. Di rumah, Jangkung memelihara kerbau jantan berukuran besar dengan bentuk tanduk melengkung ke bawah yang diberi nama Kebo Dhungkul Landhoh. Kerbau Jangkung ini menjadi terkenal di Pati karena dibawa kemana-mana oleh Jangkung.

Lama-lama Sunan Kudus tahu kalau Jangkung pulang ke Pati kemudian bersama menyiarkan Islam di daerah tersebut. Sejak itulah, warga mengenal Syekh Jangkung sebagai ahli Tasawuf saat syiar Islam.

Senin, 16 Juni 2014

Desa Sidomukti

Resulan Desa Sidomukti
Penjemuran Tepung Tapioka



Sidomukti adalah Desa di Kecamatan Margoyoso Kabupaten Pati. Kepala desanya ialah Karwito,Spd atau yang lebih populer dangan sebutan petinggi (kepala desa). Dari yang dulunya hanya seorang guru olahraga di SD Negeri 02 Sidomukti Karwito,Spd sekarang menjadi pemimpin yang disukai rakyat karena di masa kepemimpinannya pembangunan di desa ini maju sangat pesat sekali. Desa ini sangat dikenal dengan hasil industrinya yaitu tepung tapioka. Desa ini sendiri terdiri dari beberapa dukuh, yaitu Golilo, Pejaten, Gesing, serta Kampung Anyar dengan dukuh terbesar ialah Golilo. Sebagaimana umumnya kehidupan masyarakat jawa, desa ini sangat mengutamakan permusyawarahan dalam segala bentuk penentuan keputusan didesa tersebut. Sebagian besar penduduk usia mudanya merantau setelah mereka lulus sekolah dan umumnya mereka kembali setelah mendapatkan cukup modal untuk membuat usaha di kampung. Persaudaraan antar individu maupun kelompok sangat terjalin erat di desa ini. Terlihat dengan banyaknya komunitas pemuda yang saling menghargai dan sangat bersahaja. Mulai dari komunitas motor CB, komunitas motor Vespa hingga komunitas sepeda saling menghargai satu sama lain. Hal lain yang menarik dari desa ini adalah perayaan sedekah bumi serta perayaan malam takbiran menjelang hari raya idul fitri. Biasanya dua kegiatan tersebut berlangsung secara meriah dengan segala jenis hiburan rakyat serta takbir keliling. Kegiatan yang diadakan sekali dalam satu tahun itu juga menarik perhatian warga desa lain karena kemeriahannya.